Oleh : Mom's Anna
SMAN 1 Pulung Ponorogo
Salah satu cabang dari ilmu sosial adalah Sosiologi, yang di dalamnya selalu berkaitan dengan manusia dan segala bentuk sebab akibat dari hubungan sosial. Sebagai ilmu sosial, tentunya diperlukan cara yang tepat untuk memahami dengan mudah konsep-konsep dasar mengenai hubungan sosial di masyarakat. Di SMAN 1 Pulung, Sosiologi merupakan salah satu mata pelajaran peminatan pada jurusan sosial. Sebagai salah satu mata pelajaran peminatan, seharusnya keberadaan Sosiologi harus benar-benar diminati oleh para siswa. Tetapi pada kenyataannya, sebagian peserta didik masih masih menganggap Sosiologi sebagai mata pelajaran yang membosankan, menjenuhkan dan selalu bikin ngantuk di kelas. Peserta didik lebih asyik mengobrol sendiri dengan teman sebangku membahas hal-hal dunia remaja atau malah membuka gadgetnya untuk bermain game online atau melihat film youtube. Peserta didik lebih menyenangi kegiatan tersebut di saat ketika guru yang memberikan materi di depan kelas cenderung monoton, kurang interaktif dan humoris, juga membosankan. Dampaknya peserta didik lebih asyik dengan aktivitasnya sendiri, dan guru yang di depan kelas tidak menyadari karena terlalu fokus pada penyajian materi. Sehingga pembelajaran yang berlangsung tidak mampu maksimal dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP)
SMAN 1 Pulung Ponorogo
Salah satu cabang dari ilmu sosial adalah Sosiologi, yang di dalamnya selalu berkaitan dengan manusia dan segala bentuk sebab akibat dari hubungan sosial. Sebagai ilmu sosial, tentunya diperlukan cara yang tepat untuk memahami dengan mudah konsep-konsep dasar mengenai hubungan sosial di masyarakat. Di SMAN 1 Pulung, Sosiologi merupakan salah satu mata pelajaran peminatan pada jurusan sosial. Sebagai salah satu mata pelajaran peminatan, seharusnya keberadaan Sosiologi harus benar-benar diminati oleh para siswa. Tetapi pada kenyataannya, sebagian peserta didik masih masih menganggap Sosiologi sebagai mata pelajaran yang membosankan, menjenuhkan dan selalu bikin ngantuk di kelas. Peserta didik lebih asyik mengobrol sendiri dengan teman sebangku membahas hal-hal dunia remaja atau malah membuka gadgetnya untuk bermain game online atau melihat film youtube. Peserta didik lebih menyenangi kegiatan tersebut di saat ketika guru yang memberikan materi di depan kelas cenderung monoton, kurang interaktif dan humoris, juga membosankan. Dampaknya peserta didik lebih asyik dengan aktivitasnya sendiri, dan guru yang di depan kelas tidak menyadari karena terlalu fokus pada penyajian materi. Sehingga pembelajaran yang berlangsung tidak mampu maksimal dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP)
Saat sekarang, hampir setiap orang
memiliki handphone atau gadget.
Benda ini sudah bukan dianggap barang mewah lagi, tetapi menjadi salah
satu benda yang bersifat vital untuk memperlancar aktivitas setiap individu. Banyak
orang menggunakan gadget untuk
sekedar menampilkan eksistensi diri, gengsi, atau ikut-ikutan mode. Kondisi
seperti ini juga terjadi di dunia pendidikan di negara ini. Guru dan peserta
didik sering menggunakan gadget bukan
pada tempatnya. Pihak dari guru sendiri
sering menggunakan gadget untuk
memposting tulisan yang kurang santun, mengunggah foto diri secara berlebihan,
sibuk dengan chattingan dan berjualan
online di saat mengajar di
kelas. Akhirnya janganlah disalahkan di
saat peserta didiknya beramai-ramai akan meniru aktivitas sama dengan yang
dilakukan gurunya. Fenomena yang berdampak buruk seperti itu harus segera
dihindari karena dapat mengancam perubahan karakter peserta didik yang tidak
baik.
Di kelas peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMAN
1 Pulung ketika pelajaran berlangsung ada kecenderungan peserta didik sebangku
sering mengobrol, terkadang bermain gadget,
mengantuk, melamun, bahkan ada yang mencoret atau menggambar di kertas. Aktivitas ini hampir bisa dijumpai di
setiap mata pelajaran yang disampaikan oleh guru di kelas Ilmu-ilmu sosial. Gadget
bagi peserta didik serasa menjadi kebutuhan utama. Setiap beberapa menit selalu
gadget yang dibukanya. Setiap pergantian pelajaran bahkan terkadang waktu
belajar mengajar, peserta didik selalu mencari kesempatan untuk membuka
gadgetnya. Ini dilakukan untuk sekedar
membaca whatsapp, bbm, browsing di google,
facebook, youtube, dan lain-lain. Kecenderungan yang sekarang terjadi di peserta didik, gadget selalu dimanfaatkan untuk bermain game online. Kondisi ini menyebabkan rendahnya motivasi belajar peserta didik dan kurang fokus terhadap
kegiatan belajar mengajar.
Mengacu pada permasalahan di atas, maka
diperlukan adanya suatu alternatif
pemecahan masalah yang dapat memberikan perubahan hasil baik itu dalam
pembelajaran maupun penilaian. Apalagi sekarang zaman kecanggihan teknologi
dibuktikan hampir sebagian peserta didik sudah mempunyai gadget. Karena itulah, penulis mencoba membuat metode pembelajaran
baru dengan menggunakan gadget sebagai
media belajarnya. Diharapkan dari sini,
pemanfaatan gadget tidak hanya
digunakan untuk kepentingan di media sosial saja (medsos) seperti untuk facebook,
whatsapp, bbm, instagram, line, bbm, youtube, dan lain-lain tetapi
manfaatnya adalah yang lebih untuk peningkatan dalam pembelajaran. Penulis
menawarkan satu metode pembelajaran yaitu media QR Code agar peserta didik menjadi lebih berminat dan tertarik
belajar Sosiologi. QR Code merupakan salah satu metode pembelajaran
dengan menginstal dari gadget dimana
tampilannya berupa kode (titik). QR Code
ini mampu menyimpan data dan kemudian menyampaikan informasi secara cepat.
Penggunaan media pembelajaran gadget di zaman sekarang menjadi salah
satu pilihan dalam meningkatkan kompetensi siswa. Hampir kesemua aktivitas sekarang ini lebih menggunakan
yang berkaitan dengan teknologi. Salah
satu yang berkaitan dengan teknologi adalah memanfaatkan penggunaan gadget dalam pembelajaran. Dikarenakan gadget bukanlah menjadi barang yang
mewah lagi, tetapi menjadi kebutuhan utama dalam aktivitasnya. Peserta didik di
SMAN 1 Pulung mayoritas menggunakan gadget
sebagai alat komunikasinya. Bahkan gadget
yang dimiliki sudah beraneka macam modelnya, dari yang belum layar sentuh
sampai yang sudah layar sentuh. Dari yang
model jadul sampai yang modern
mengikuti perkembangan zaman. Serasa gadget
telah menjadi media dan teman yang setia di segala suasana dan kesempatan.
Perbedaan,
kesetaraan, dan harmoni sosial merupakan salah satu materi yang ada di kelas XI
IPS semester ganjil. Materi ini
sangatlah menarik karena di masyarakat terdapat struktur sosial yang berbentuk
vertikal dan horisontal. Yang berbentuk
vertikal berarti adanya ketidaksamaan antar individu atau kelompok yang
menunjukkan tingkatan lebih rendah atau lebih tinggi (stratifikasi
sosial). Sedangkan yang horizontal
adalah perbedaan antar individu atau kelompok tetapi tidak menunjukkan adanya
tingkatan yang lebih tinggi atau lebih rendah diferensiasi sosial). Di dalam perbedaan atau ketidaksamaan baik itu
secara vertikal maupun horizontal haruslah tetap diterapkan yang namanya kesetaraan. Karena dengan kesetaraan inilah tercipta
harmoni sosial, yaitu suatu kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi
dan setiap anggota masyarakat dapat menjalani hidup secara baik sesuai posisi
sosialnya. Dari materi yang menarik ini,
penulis mencoba metode pembelajaran baru memanfaatkan teknologi yaitu dengan
menggunakan media gadget beraplikasi QR Code agar mampu menumbuhkan minat peserta didik
dalam memahami materi Sosiologi.
Gadget digunakan untuk
menginstal aplikasi QR Code yang ada
di playstore. Setelah terinstal maka dapat digunakan melakukan
scan untuk melihat materi pertanyaan
diskusi yang muncul dalam bentuk kode (titik).
Salah satu keunggulan model pembelajaran ini, peserta didik menjawab pertanyaan
dalam bentuk titik (kode). Artinya tampilan pertanyaan yang akan diselesaikan
itu dalam bentuk kode. Untuk
menyelesaikan tugas dalam bentuk pertanyaan, peserta didik harus menginstal QR Code Reader yang dilakukan oleh salah
satu orang dalam kelompoknya.
Pada setiap
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menitikberatkan bagaimana menciptakan
model pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan tidak menimbulkan kebosanan di
kalangan siswa. Di samping itu yang
paling penting adalah harus tercapainya tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Diperlukan proses belajar
dengan menempatkan peserta didik sebagai center stage performance, yaitu
proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat merespon pembelajaran
dengan suasana yang menyenangkan. Cara
mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi peserta didik telah
belajar dengan baik. Salah satu tolak
ukur bahwa peserta didik telah belajar dengan baik ialah jika peserta didik itu
dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari, sehingga indikator hasil
belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh peserta didik. Salah satu materi yang diangkat dengan
menggunakan gadget sebagai media
pembelajarannya adalah bahasan materi mengenai kesetaraan, perbedaan, dan
harmoni sosial. Karena metode pembelajarannya dilakukan secara kelompok, maka
salah satu peserta didik dari setiap kelompok yang memiliki gadget bertugas melakukan QR Code Reader di playstore. Kemudian
melakukan scan terhadap soal yang
diberikan oleh bapak atau ibu guru dalam bentuk code. Setelah melakukan scan akan terlihat pertanyaan yang wajib
diselesaikan oleh peserta didik dengan berdiskusi secara kelompok. Keunggulan
model ini peserta didik dapat memanfaatkan gadget
canggihnya untuk pembelajaran yang bermanfaat.
Jadi disini fungsi gadget
tidak hanya digunakan untuk bermedia sosial aja seperti ngobrol lewat WA, BBM, Line, facebook, instagram, twitter, melihat youtube, bermain game online, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk
pembelajaran positif meningkatkan kompetensi peserta didik.
Secara garis
besar prosedur pembelajaran dengan metode QR
Code adalah (a) Hasil print out dari QR
Code oleh guru ditempel di beberapa tempat di area sekolah. Jumlah print
out yang berisikan pertanyaan adalah enam lembar. Jadi setiap peserta didik
dalam kelompok mendapat jatah secara bergantian untuk melakukan scan. Sedangkan untuk mengetahui lokasi
tempelan hasil print out QR Code
sudah diberikan petunjuk oleh guru bersangkutan tinggal bagaimana anggota
kelompok mengarahkannya, (b) Kemudian setiap kelompok saling berlomba mencari
dan melakukan scan, (c) Setelah itu
peserta didik yang ditugaskan melakukan scan
kembali ke kelompoknya dengan membawa hasil pertanyaan dari hasil scan
di gadgetnya, (d) Kemudian
mendiskusikan dan menuliskan di lembaran hasil dari diskusi tersebut dan
menyerahkan kepada guru, (e) Kegiatan itu berlangsung secara terus menerus
sampai keenam soal bisa dijawab oleh masing-masing kelompok. Dan kelompok yang bisa menyelesaikan tugasnya
terlebih dahulu akan memperoleh poin tambahan, (f) Setiap kelompok menunjuk
salah seorang anggotanya untuk menyajikan hasil dari diskusinya tersebut dan
kelompok lain bertugas menanggapinya, (g) Setelah semua maju maka tugas guru memberikan
evaluasi dan penilaian dari hasil penyajian kelompoknya.
Setelah diterapkan pembelajaran
dengan menggunakan aplikasi QR Code ternyata hasil yang dicapai sangat
signifikan. Peserta didik menjadi lebih termotivasi dan bersemangat dalam proses
pembelajaran. Mereka dengan gadgetnya
bisa memanfaatkan untuk pembelajaran dengan tujuan menumbuhkan minat terhadap
mata pelajaran yaitu materi perbedaan, kesetaraan, dan harmoni sosial. Peserta
didik ternyata sangat antusias mengerjakan dan menyelesaikan tugas kelompok
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat di setiap kelompok melakukan
diskusi dan tepat waktu mengumpulkan
hasil laporan diskusi. Sementara itu
kendala yang muncul dari penerapan metode pembelajaran menggunakan QR Code antara lain adalah ketika melakukan install QR Code Reader dibutuhkan gadget android yang canggih dan juga
karena pembelajarannya dilakukan di luar kelas maka dapat mengganggu kelas lain
yang sedang mengadakan pembelajaran.
Penggunaan media belajar dengan
aplikasi QR Code merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan. Dengan semakin majunya peradaban dunia maka
berimbas pula pada pendidikan. Gadget yang dimiliki peserta didik sudah
saatnya dijadikan sebagai media pembelajaran yang tepat dan efektif. Jangan malah adanya gadget menjadi malapetaka bagi dunia pendidikan terutama bagi
peserta didik. Karena bagaimanapun, kita
tidak bisa menghindar dari dampak globalisasi yang kesemua akan membawa ke era
teknologi yang serba canggih. Bila kita
tidak mengikutinya maka termasuk kelompok yang ketertinggalan zaman dan
termasuk kaum yang jadul. Menghadapi kondisi ini, guru harus segera mengambil peranan dimana menjadikan gadget menjadi salah satu media
yang bersahabat dan menyenangkan bagi pembelajaran peserta didiknya.
Ternyata, penggunaan aplikasi QR
Code dapat juga sebagai sarana bagi peserta didik untuk melatih ketepatan dalam mengumpulkan
tugas. Pembelajarannya yang dilakukan dalam bentuk kelompok memungkinkan
munculnya persaingan antar anggota kelompok.
Persaingan itu muncul ketika setiap kelompok saling berlomba melakukan scan duluan dibanding kelompok lainnya.
Tidak jarang antar peserta didik bertubrukan dengan peserta lainnya ketika
mencari hasil tempelan print out dari QR Code yang diberikan oleh guru
pengajar. Terlihat sekali keceriaan, kegembiraan, rasa minat dan antusiasme
untuk mengikuti pembelajaran tanpa ada rasa kantuk. Pembelajaran ini menjadikan
peserta didik menjadi lebih bisa mengekpresikan diri disamping juga melatih
kemauan dan ketepatan mengumpulkan tugas yang diberikan secara kelompok oleh bapak/ibu
guru pengajar. Adanya sikap antusiasme dari peserta didik, penulis bertambah
yakin bahwa metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif sangat diharapkan
peserta didik dan metode pembelajaran yg monoton seperti ceramah sudah semakin
tidak disukai.
Beberapa faktor pendukung yang sangat
membantu dalam penerapan metode pembelajaran dengan QR Code adalah : (a) Siswa sangat berpartisipasi aktif dalam dalam
permainan ini sehingga membuat proses pembelajaran jadi menyenangkan; (b)
Adanya pemberian penghargaan pada setiap
kelompok, (c) Memunculkan sikap kerjasama, gotong royong, dan saling toleransi
pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengalaman dari pembelajaran yang
telah dilaksanakan, maka untuk mencapai hasil yang lebih maksimal dan juga
kendala yang dihadapi dapat lebih diminimalisir ke depannya dapat dilakukan
pengembangan strategi yang telah diterapkan dengan alternatif sebagai berikut : (a) Karena berkaitan dengan adanya
menginstal aplikasi di playsore maka
perlu dipersiapkan wifi yang memadai
di sekolah, (b) Penghargaan yang diberikan guru dapat ditambah dengan pemberian hadiah berupa barang yang memiliki
nilai guna bagi siswa (c) Sanksi
ringan bisa diberikan pada kelompok yang mengumpulkan tidak tepat dari waktu
yang disepakati.
Sebagai catatan ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk perbaikan pembelajaran pada waktu mendatang yaitu: (a)
Perlu perhatian dalam memanfaatkan waktu untuk proses pembelajaran, karena
waktu yang dibutuhkan lebih lama sehingga materi sulit tersampaikan secara
keseluruhan; (b) Nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, toleransi, dan
kerjasama hendaknya selalu ditanamkan kepada peserta didik dalam proses
pembelajaran berlangsung, sehingga dapat membentuk karakter peserta didik
menjadi lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany,
Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual. Jakarta : Belajar dan Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan
. Jakarta : PT Kharisma Putra Utama
Haryono,
2017. 101 Jurus Jitu Menjadi Guru Hebat.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Rufikasari,
Lia Candra. 2016. Buku Siswa Sosiologi
Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial untuk SMA/MA
XI. Surakarta : CV Mediatama
Rimbatmaja,
Risang. 2018. Guru Fasilitator membuat Kelas
Nyaman dan Menyenangkan. Jakarta : Lapangan Kecil
Subekti,
Sri. 2018. Menjadi Guru Inovatif
Produktif : Panduan Merancang Pembelajaran Inovatif Produktif sesuai Kurikulum
2013. Surabaya : Pustaka Media Guru
Taupan,
Muhammad. 2017. Buku Sosiologi Untuk
Siswa SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung : Yrama Widya
Triyono,
Slamet, dkk. 2017. Buku Guru Sosiologi
Untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung : PT.
Sewu (Srikandi Empat Widya Utama)

Comments