Skip to main content

BUDAYA ‘’NYUMPAH BATTA’’




MENGGIATKAN BUDAYA "NYUMPAH BATTA''
( SENYUM-SAPA-BERJABAT TANGAN ) 
DI SEKOLAH SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Pendidikan adalah hal yang tidak bisa lepas dari diri manusia. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat (Long Life Education), dimulai sejak manusia dalam kandungan hingga akhir hayat manusia. Pendidikan yang diterima setiap individu akan mempengaruhi karakter dalam diri seseorang yang akan berlangsung terus menerus dan membentuk kepribadian.  Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai objek-objek tertentu. Selain itu dalam pasal 1 Undang-Undang Sisdiknas 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya menjadikan seseorang bisa cerdas, tetapi juga mampu membentuk karakter agar nantinya lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang sesuai kepribadian bangsa. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam pembentukan karakter seseorang.  Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak dini serta berkelanjutan. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) karakter dapat diartikan sebagai tabiat (sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain) atau dapat pula dikatakan karakter yang menyangkut moral  ajaran tentang baik buruknya yang diterima umum dalam bentuk perbuatan, sikap, akhlak, budi pekerti maupun tata kesusilaan.
Keberlangsungan proses pendidikan zaman sekarang tidak terlepas dengan era revolusi industri 4.0. Revolusi industri keempat merupakan era digital ketika semua mesin terhubung melalui sistem internet (cyber system). Situasi ini membawa dampak perubahan besar dikalangan pelajar.  Dalam era yang baru, persaingan semakin ketat. Pengusaha nasional sekelas Chairul Tanjung menyebut ‘’The Winner Takes All’’ artinya bahwa pada akhirnya pemenanglah yang  mengambil semuanya.  Dengan demikian akan semakin banyak orang yang bersaing, salah satu upaya yang dilakukan dengan mengenyam pendidikan tinggi.   Pada era sekarang era millennium, dimana jika pendidikan yang tinggi tidak diimbangi dengan karakter yang baik perlahan-lahan dapat menyebabkan lunturnya kearifan lokal, seperti nilai sopan santun, nilai menghormati dan menghargai orang lain. Revolusi industri 4.0 dimana semuanya sudah tersambung dengan digitalisasi yang ditandai oleh persaingan tinggi dan ketat yang berakibat pada kecenderungan untuk memuja masa depan. 
Sebenarnya budaya senyum, sapa, dan berjabat tangan telah ada semenjak  nenek moyang  kita ada.  Jalinan interaksi dan hubungan antar sesama bisa berlangsung baik karena adanya budaya tersebut.  Tetapi ketika berbenturan dengan keadaan yang menuntut semua serba mesin dan cepat, maka budaya seperti senyum, salam dan berjabat tangan menjadi luntur. Hal ini, juga kami rasakan di lingkungan sekolah dimana semakin tingginya sikap individual dan persaingan diantara teman-teman. Contoh kecil saja, ketika bertemu dan berpapasan dengan bapak ibu guru tidak tersenyum dikarenakan alasan bahwa bapak/ibu guru tersebut tidak mengajar di kelasnya,  juga ketika bertemu dengan temannya satu kelas jarang menyapa terlebih dahulu karena merasa dirinya lebih pandai dibanding temannya. Dari kondisi seperti ini,  maka kami sebagai bagian dari generasi muda yang katanya juga sebagai generasi milenial tergerak ingin melakukan perubahan terhadap keadaan tersebut.  Karena, jika keadaan tersebut dibiarkan terus- menerus dapat membahayakan kehidupan generasi penerus bangsa.  Maka, terciptalah ide untuk menggalakkan kembali budaya gerakan nyumpah batta  (senyum, sapa, dan berjabat tangan) di sekolah dengan tujuan, antara lain menjadikan suasana lebih akrab di saat berbicara dengan lawan yang diajak bicara, membuat suasan menjadi lebih nyaman, menumbuhkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan, lebih peduli terhadap sesama, membentuk karakter kepribadian seseorang yang mengerti bagaimana berperilaku sopan santu,  cara menghargai dan menghormati orang lain.
Budaya gerakan Nyumpah Batta adalah program yang sekiranya mampu menjadi salah satu upaya dalam mewujudkan pendidikan karakter di lingkungan sekolah.  Dalam program ini kami menawarkan cara sederhana yaitu menerapkan budaya Nyumpah Batta (Senyum, Sapa, dan Berjabat  Tangan). Budaya ini diawali dengan (1) Sikap untuk selalu tersenyum atau senyum,  menggerakkan sedikit raut muka serta bibir agar orang lain atau lawan bicara merasa nyaman ketika berjumpa. Senyum itu mudah, gratis, dan dinilai sebagai ibadah. Selain itu senyum dapat meningkatkan system daya tahan tubuh,saat orang tersenyum fungsi imunnya meningkat,membuat lebih rileks. Senyum mengontrol tekanan darah, saat tersenyum ada penurunan nilai tekanan darah yang terukur. Kebahagiaan seseorang bisa diprediksi dari sebaris senyuman yang menghias wajahnya. Apalagi bila senyum tersebut tulus dari hati, maka akan memancarkan rasa bahagia dan kecantikan alami seseorang. Karena itulah senyuman disebut sebagai ekspresi yang menggambarkan emosi. Senyum akan meningkatkan kebahagiaan yang anda rasakan dan setiap senyuman yang diberikan bisa membuat orang lain ikut bahagia; (2) Sikap untuk menyapa atau sapa, dimana tegur sapa adalah suatu pernyataan awal seseorang untuk dapat melakukan komunikasi dengan orang lain. Tegur sapa ramah yang kita ucapkan membuat suasana menjadi akrab dan hangat, sehingga lawan bicara kita merasa dihargai. “apa kabar? atau ada yang bisa saya bantu”, atau dengan kata hangat dan akrab lainnya. Di dalam bertegur sapa akan memberikan nuansa tersendiri.Namun kenyataannya bertegur sapa sangatlah sulit dilakukan oleh remaja atau pelajar zaman sekarang.  Karena pada umumnya mereka bertegur sapa hanya pada orang yang mereka kenal atau hanya pada guru yang mengajarnya saja. Di luar dari pada itu, para remaja dan pelajar terkesan cuek dan merasa tidak mau tahu dengan keberadaan orang baru yang ada dilingkungan sekitarnya. Padahal ,baik di sekolah ataupun dirumah pengajaran dan pembelajaran tentang hal tersebut sudah diajarkan sejak kecil; (3) Perilaku untuk berjabat tangan, biasanya mereka melakukannya dengan maksud atau beberapa motivasi. Pertama, berjabat tangan untuk meminta maaf atas kesalahannya. Kedua, berjabat tangan untuk tanda persahabatan. Ketiga, berjabat tangan karena kedua belah pihak telah lama tidak berjumpa,  keempat bahwa berjabat tangan adalah dapat mempererat tali silahturahmi..
Dalam praktik kesehariannya, tradisi berjabat tangan begitu mangakar kuat dilakukan oleh anak kepada orang tua, murid kepada guru, bawahan dengan atasan,dan oleh masing-masing sahabat terdekat. Berjabat tangan sangat dianjurkan oleh agama. Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu’anhu,dia berkata, Rasulullah SAW bersabda ‘’Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah’’.Dengan demikian berjabat tangan begitu penting dan perlu diamalkan dalam kegiatan sehari-hari.
Perlu disadari bahwa setiap orang adalah sebagai makhluk sosial, dimana tidak bisa hidup sendiri melainkan memerlukan orang  lain untuk memenuhi kebutuhannya. Karena itulah diperlukan komunikasi, interaksi, dan hubungan yang baik dengan sesamanya.  Muncullah ide menggerakkan budaya Nyumpah Batta demi terbentuk karakter peserta didik yang lebih hangat, komunikatif, bersopan santun, menghargai dan juga menghormati orang lain.  Program ini sangat bagus dalam proses pembelajaran mencetak karakter peserta didik di sekolah. Mekanisme pelaksanaan program gerakan Nyumpah Batta adalah dengan cara mensosialisasikan budaya Nyumpah Batta kepada sesama pelajar, dapat juga membuat semacam poster yang diletakkan didekat taman tempat peserta didik bermain atau dalam kelas. Di samping itu dapat juga ditulis ditempat duduk peserta didik tepatnya dihalaman sekolah sehingga ketika peserta didik beristirahat mereka dapat membaca tulisan tersebut. Secara tidak langsung, budaya tersebut dapat diinternalisasi kepada sesama pelajar begitupun dengan warga sekolah lainnya. Selain itu, wujud kongkrit pengimplementasian Nyumpah Batta ini yaitu ketika pagi hari ketika peserta didik masuk ke gerbang sekolah, semua guru berdiri  berjejer menyambut kedatangan peserta didik. Tak lupa disertai dengan memberikan senyuman, sapaan, berjabat tangan, sopan dan santun kepada peserta didik ataupun sesama siswa. Di samping itu di dalam kelas, sebelum memulai materi pelajaran bapak ata ibu guru yang mengajar membiasakan untuk memberikan salam dan menanyakan kabar peserta didik.  Meski dianggap sepele, tetapi aktivitas seperti itu bisa menjadi rutinitas yang memberikan efek positif bagi karakter peserta didik.  Terjalin komunikasi dan interaksi yang baik dapat menjadikan suasana menjadi hangat dan menyenangkan.  Sehingga peserta didik menjadi lebih betah berada di sekolah, lebih komunikatif, dan lebih interaktif.   Dengan demikian, melalui penginternalisasian nilai-nilai tersebut kepada seluruh warga sekolah secara tidak langsung karakter peserta didik dapat dibentuk kearah yang lebih baik lagi.
Budaya Nyumpah Batta  (senyum, sapa, dan berjabat tangan) di sekolah merupakan cita-cita iklim dan budaya di lingkungan sekolah tersebut. Segala bentuk perbedaan, yang meliputi agama, kondisi sosial ekonomi, adat-istiadat  melebur menjadi satu tanpa adanya perbedaan. Yang nampak adalah suasana yang hangat, akrab, saling menghormati dan menghargai di  lingkungan sekolah.  Peserta didik menjadi betah dan kerasan melakukan pembelajaran di sekolah.  Pada pelaksanaannya,  gerakan Nyumpah Batta  ini memiliki beberapa kekurangan, antara lain masih ada beberapa peserta didik yang malas  untuk senyum dan sapa.  Menurutnya, terlalu banyak senyum ada anggapan gila atau tidak waras.  Dan juga berjabat tangan dalam agama Islam dianggap sebagai sesuatu yang dilarang karena bukan muhrimnya. Sikap gengsi dan jaim (jaga image) bisa juga dimiliki beberapa peserta didik untuk mendahului memberikan salam dan sapanya kepada temannya.  Sementara itu, dari pihak gurupun ada juga yang mahal untuk tersenyum karena sudah menjadi karakternya.   
Bagaimanapun senyum, sapa, dan berjabat tangan harus menjadi pembiasaan perilaku bagi warga sekolah.  Karena merupakan perilaku yang sudah turun-temurun dan menjadi jati diri dari bangsa Indonesia.  Dan kita sebagai generasi penerus wajib untuk melestarikannya.  Salah satunya dengan program gerakan budaya Nyumpah Batta.  Program ini dianggap mampu sebagai upaya mencegah lunturnya jati diri bangsa dan mengikis sikap individualistis.   Dalam pembentukan karakter peserta didik, salah satunya melalui penerapan pendidikan berbasis karakter dengan membudayakan gerakan Nyumpah Batta di sekolah.  Maka dari itu, diharapkan seluruh pihak-pihak terkait seperti sesama peserta didik, guru, karyawan sekolah,  maupun warga sekitar harus turut aktif ikut berpartisispasi membantu dan mendukung pelaksanaan gerakan budaya Nyumpah Batta. Pada akhirnya kebiasaan yang positif ini mampu mewujudkan tujuan yaitu membentuk manusia yang berkualitas dan berakhlak baik.

Comments

Popular posts from this blog

KONFLIK SOSIAL DI MASYARAKAT

1. Pengertian Konflik Konflik adalah suatu proses sosial di mana dua pihak atau lebih saling berusaha untuk mengalahkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan, nilai, atau tujuan antara individu atau kelompok. 2. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Konflik dapat timbul karena berbagai faktor, antara lain: Perbedaan Nilai dan Norma: Ketika individu atau kelompok memiliki nilai dan norma yang berbeda, potensi konflik meningkat. Perbedaan Kepentingan: Kepentingan yang berbeda-beda, terutama yang bertentangan, seringkali menjadi sumber konflik. Ketimpangan Sosial: Perbedaan yang mencolok dalam hal kekayaan, kekuasaan, dan status sosial dapat memicu konflik. Stereotip dan Prasangka: Pandangan yang tidak adil dan prasangka terhadap kelompok lain dapat memperburuk konflik. 3. Bentuk-Bentuk Konflik Konflik dapat dikategorikan ke dalam beberapa bentuk, antara lain: Konflik Intrapersonal: Konflik yang terj...

INTERAKSI SOSIAL DALAM MASYARAKAT

  Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah proses di mana individu atau kelompok berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi ini bisa berbentuk kerjasama, persaingan, atau bahkan konflik. Interaksi sosial merupakan dasar dari kehidupan sosial karena tanpa interaksi, kehidupan bersama tidak akan terjadi. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi sosial antara lain: Nilai dan Norma Sosial: Aturan-aturan yang mengatur perilaku individu dalam masyarakat. Nilai dan norma berfungsi sebagai pedoman untuk berinteraksi secara harmonis. Status Sosial: Posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat. Status sosial dapat mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain. Peran Sosial: Harapan-harapan yang melekat pada status sosial seseorang. Peran sosial menentukan bagaimana seseorang seharusnya berperilaku dalam interaksi. Komunikasi: Proses pengiriman dan penerimaan pesan antara individu atau kelom...

KELOMPOK SOSIAL

  Kelompok sosial adalah sekumpulan individu yang memiliki interaksi, hubungan, dan tujuan bersama dalam suatu lingkungan sosial. Kelompok ini terbentuk karena adanya kesamaan kepentingan, nilai, norma, atau tujuan yang ingin dicapai bersama. Menurut George Herbert Mead , kelompok sosial merupakan tempat individu berinteraksi dan membentuk identitas sosialnya. Sedangkan menurut Emile Durkheim , kelompok sosial terbentuk karena adanya solidaritas sosial, baik mekanik maupun organik. B. Ciri-Ciri Kelompok Sosial Kesadaran sebagai bagian dari kelompok Setiap anggota menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari kelompok tersebut. Adanya interaksi sosial Anggota kelompok saling berkomunikasi dan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Memiliki norma dan aturan Setiap kelompok memiliki aturan yang mengatur perilaku anggotanya. Memiliki tujuan bersama Setiap kelompok memiliki visi dan misi yang ingin dicapai bersama...